SEANDAINYA
"Jika selamanya kita bukan dikehidupan ini, bersediakah engkau menemaniku dikehidupan selanjutmya?"
IKHLAS.
Di atas adalah kutipan dari sebuah buku yang pernah gue pinjem dari temen gue, gue buka tiap lembarnya sapeerti gak ada yang menarik dari tiap bait tulisannya, sampai gue menemui tulisan tersebut. Kalau dari sudut pandang pemahaman gue, kalimat tersebut seolah-olah gue ikhlas, tapi gue menanyakan kembali kepada dia, apakah lu bersedia menemani dikehidupan selanjutnya?. Ya buku tersebut adalah "Ikhlas Paling Serius" , gue sempet kagum dan berfikiran buat beli bukunya, tapi gue berfikiran kalo gue beli terkesan kaya sedihnya keliatan banget, akhirnya cukup gue pinjem dan gue balikin.
Tapi bicara soal ikhlas, jujur di dalam hati gue, gue masih merasa ada sedikit rasa gelisah, gelisah gue susah buat digambarkan, tapi gue coba memperjelas secara perlahan. Dahulu waktu pertama kali gue putus sama Wanita pertama gue sebut aja Mawar, gue selalu menyalahkan dia dan berkata seolah-olah semoga dia menemui pria buruk dihidupnya, wajar karena waktu itu gue masih sangat labil, gak bisa berfikir jernih dan gue juga masih bocah, jadi sakit hati ya seolah-olah gue jadi korban, meskipun iya mungkin gue korban, tapi gue terlalu mendramatisir semua kejadian. Tapi sekarang, bahkan sampai dititik ini meskipun gue sakit hati, gue gak pernah sekalipun berkata buruk soal Lala (Mantan kedua gue) , bahkan memakipun gue gak pernah, gue rasa gue udah cukup dewasa buat kontrol itu. Yang bikin gue gelisah adalah, bagaimana jika dia menemui pria yang salah? bagaimana jika dia jatuh ke lubang yang salah? dan yang paling bikin gue khawatir adalah, bagaimana jika suatu saat nanti dia butuh peran gue, tapi gue udah gak bisa menuhin hal itu lagi?.
Bukan tanpa alasan gue khawatir demikian, karena dahulu waktu gue bersama Mawar, gue merasa gue selalu benar, apa yang gue lakukan gak pernah salah, hanya karena gue sangat mencintai Mawar, ketika gue sakit hati yang gue salahin sudah pasti Mawar. Ketika gue sudah beranjak dewasa, pikiran gue mulai terbuka, gue mulai bisa memahami tetapi, dia udah gak mau nerima gue lagi. Ya, itu yang gue khawatirkan, gue sangat khawatir jika itu terjadi pada Lala, gue sangat khawatir jika suatu saat nanti, Lala mulai beranjak dewasa, mulai memahami dirinya sendiri dan sudah bisa berfikir lebih jauh, tapi gue udah gak bisa nerima dia. Mungkin aneh kalau gue berfikir demikian, tapi gue hanya belajar dari masa lalu gue dan gue paham rasanya seperti apa, ketika gue udah merasa jadi jauh lebih baik dari sebelumnya tapi gue udah gak bisa diterima.
Kalau begitu apakah gue berharap Lala bisa berubah dan kembali? gue tidak berharap sejauh itu, jikalau waktu dan takdir tidak membiarkan Lala berubah, gue gak masalah, malahan gue bersyukur jika memang takdir dia bersama laki-laki lain. Gue cuman berharap, jika Lala suatu saat nanti bisa tumbuh jadi lebih dewasa, bisa berfikir dan ngerti maksud gue selama ini, semoga gue dalam kondisi dimana gue masih bisa nerima dia, kalaupun takdir tidak menentukan Lala untuk berubah, semoga dia segera mendapatkan laki-laki sesuai dengan dirinya.
PENYESALAN.
Gue pun tentu saja menyesali perbuatan gue ke Mawar, gue selalu berandai-andai, seandainya gue kenal Mawar dikondisi gue yang sudah seperti ini, seharusnya jalan hidup gue akan jauh lebih baik, kenapa gue harus ketemu Mawar disaat gue masih sangat labil?. Seandainya gue dikasih kesempatan buat buktiin gue udah berubah, gue akan pakai kesempatan itu sebaik-baiknya.
Itu salah satu penyesalan gue, sampai terakhir gue hubungi Mawar untuk minta maaf, respon dia seperti "Cukup gak usah hubungi gue lagi, biar gue bisa maafin lu". Sakit tapi rasanya cukup tenang, setidaknya dengan gue tidak menghubunginya lagi, perlahan gue akan dimaafkan. Jujur Mawar itu seperti wanita yang sekarang gak akan ada lagi wanita seperti nya. Berkali-kali gue melakukan hal labil, dia selalu maafin gue, gak jarang dia yang selalu minta maaf duluan dan hampir selalu setiap putus dia yang respon duluan buat kembali, bahkan dia rela buat turunin egonya. Pada saat gue baru sadar, ternyata dulu gue seegois itu sampai Mawar lelah dengan sifat gue yang labil.
Semua baru terasa saat gue sama Lala, tanpa menyalahkan Lala, gue merasa seperti menghadapi diri gue dimasa lalu. Bener, seakan-akan dunia memberikan suatu hukuman ke gue dengan menghadirkan seorang wanita dengan sifat yang sama persis dengan gue di masa lalu, sekali lagi, tanpa menyudutkan atau menyalahkan Lala. Karena memang di usia yang sama, sifat gue persis seperti itu, tapi gue gak mau berujung seperti Mawar yang menolak kesempatan seseorang, gue mau coba belajar menerima Lala kembali berkali-kali, jika dia yang menginginkannya, Jika memang dia akui bahwa dia sudah berubah, mungkin jika waktu masih mengizinkan gue akan coba kasih kesempatan.
WAKTU
Waktu terus berputar, takdir akan menentukan, bagaimana kedepannya? tidak ada yang tahu, entah apa yang akan terjadi dengan gue, Mawar, maupun Lala, tapi yang gue harap semoga ada takdir baik buat gue dan dua wanita yang sangat memiliki peran besar buat hidup gue. Jujur, setelah hubungan berakhir, gue udah gak tahu kriteria gue wanita seperti apa, karena dari sifat Mawar dan Lala saja sudah sangat berbeda, kenapa gue bisa jatuh cinta?.
Jika waktu memang mengizinkan, gue harap temukan gue lagi di waktu yang tepat, karena gue pun sekarang ada disituasi yang sedikit gelisah, gue masih butuh waktu, bahkan gue harap takdir membawa gue ke jalan yang baik buat gue, bukan sekedar jalan yang gue mau. Jika tidak dengan orang yang gue cintai, setidaknya izinkan gue sekali lagi buat jatuh cinta lagi, tidak perlu seperti apa-apa, cukup buat perasaan gue se-megah saat bersama Mawar maupun Lala, karena gak ada alasan kenapa gue bisa se-jatuh cinta itu sama Mawar maupun Lala, rasa itu datang secara tiba-tiba, jika gue tidak diizinkan memilikinya lagi, setidaknya buatlah perasaan gue jatuh cinta dengan kaum hawa yang lainnya.
Gue juga berharap, waktu segera memastikan takdir gue seperti apa, kalau memang masih ada kesempatan gue mau memperbaiki diri gue sendiri, kasih gue waktu buat membuat semuanya jadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Gue hanya ingin melakukannya disaat perasaan gue megah untuk selamanya.
"Aku tidak pergi, aku hanya tidak hadir untuk sementara waktu. Jika kamu mencariku, temui aku di sudut itu"
