XVIII


PENDAHULUAN, 

Ini adalah Chapter terbaru dari blog gue, yang akan gue fokuskan untuk membahas tentang wanita di hidup gue. Semua tulisan disini tidak ditujukan spesifik kesatu orang saja. Lebih tepatnya isi kepala gue soal wanita yang sudah hadir dihidup gue. Pemilihan judul Chapter gue ambil dari salah satu judul Single salah satu band kesukaan gue yaitu "Rekah". 


"Aku melihatmu diamSenyap dipeluk kelamBisu dianyam temaramGelap berbajukan malam"

Gue rasa, ini cocok sama isi pembahasan dari Chapter ini, Jadi, ini dia "Untuk seorang gadis yang selalu memakai malam".


XVIII

XVIII adalah angka romawi dari suatu bilangan 18, angka ini bagaikan suatu kutukan atau bahkan bayang bayang dari hidup gue. Gue ga bisa katakan ini sebagai kutukan karena gue sendiri masih tidak tahu akan eksistensi angka 18 ini. Jikalau gue bisa katakan ini seperti angka yang akan selalu mengikuti gue kemanapun gue berada.


AWAL DARI SEBUAH ANGKA 18

Suatu ketika, gue pertama kali ngerasain jatuh cinta saat duduk dibangku kelas 10 SMA, gak banyak yang bisa gue ceritain disaat saat itu, tapi yang jelas gue pertama kali bisa ngerasain pacaran pada usia tersebut. Gue jatuh cinta sama seorang gadis yang seusia gue dan dia satu SMP sama gue, gak ada kecurigaan sama sekali, taapi hubungan gue sama dia gak bisa dibilang lancar, namun begitu kita berhasil menjalani hubungan selama 1 tahun 4 bulan, tidak lancar, tapi cukup lama. Kita sama-sama sepakat untuk menjalin hubungan di tanggal 18 dibulan penghujung tahun 2021, ya ini awal dari angka 18 itu.

Singkat cerita dibulan Januari kita sepakat buat berhenti, ditengah-tengah kondisi setelah putus tentu saja cukup membuat gue terpukul saat itu, bahkan berhasil ngebuat gue merasakan trauma karena 2 bulan setelah putus itu juga orang tua gue ninggalin gue buat selamanya yang sudah sempat gue singgung di Chapter One. 


FASE SELANJUTNYA

Setelah kita sepakat untuk menyudahi hubungan kita, gue mulai akrab sama salah satu temen gue yang akhirnya banyak membantu gue buat cukup melupakan sosok wanita tersebut. Sebut aja temen gue Teguh. Teguh punya kehidupan yang sangat berbalik dari kehidupan gue, dia terlahir dari keluarga yang cukup secara finansial maupun suasana keluarganya, itu sebabnya kenapa gue merasa banyak kebantu sama dia, gak jarang waktu kita main dia yang sering traktir gue, bahkan dia jemput kerumah gue dengan motor berisiknya (Jujur gue takut kalau pulang tengah malem karena suara motor dia), bahkan dia satu-satunya temen gue yang kalo gue ajak kemana aja dia selalu siap dengan kata-katanya "Gas Man!", gak banyak alasan kemanapun kita libas!, bahkan gue sering nginep sama numpang makan dirumah dia. 

Sangking seringnya kita nongkrong, sontaklah si Teguh ini ngajak gue buat dateng ke acara ulang tahunnya karena ada semacam bantuan untuk orang-orang kaya gue. "Eh man, lu dateng ya kerumah gue nanti ada yang lain juga buat nerima sedikit rizki dari gue, gue ulang tahun" , cakap teguh. Gue pun akhirnya menyanggupi sampai gue nanya kapan acara itu berlangsung "Boleh tuh, kapan kira kira?" , dengan santainya Teguh bilang "Tanggal 18 Man!". Sekujur tubuh gue kaya mati seketika, karena ditanggal dan bulan itu juga gue sama wanita tersebut mengikat janji, memang terkesannya berlebihan tapi dikondisi tersebut gue lagi belajar menerima hal yang udah gak gue punya, tentu aja hal tersebut ngebuat gue jadi kembali mengingat wanita tersebut, tapi gak pakai alasan apapun gue menyanggupi keinginan Teguh, dari sini sebenernya gue udah mulai ngerasa ada yang aneh, tapi gue coba buat gak terlalu peduli dan gue anggap sebagai kebetulan aja.


KEBETULAN?

Setelah kejadian itu, enggak lama tahun berganti, tepat diawal 2024 gue bertemu dengan seorang wanita, sebut aja dia Lala. Waktu gue melihat Lala itu sebenernya gak ada perasaan yang spesial, karena setelah gue putus dari wanita pertama itu, gue menjalani hubungan dengan beberapa wanita lain, dan gue ngerasa biasa aja, jatuh cinta? mungkin iya gue ada rasa jatuh cinta, tapi enggak se-megah saat gue sama wanita pertama. Tapi, semakin lama gue ngerasa kok Lala kaya punya hal yang mirip tapi beda. Gue selalu mencari wanita yang serupa dengan wanita pertama, karena gue mengaggap bahwa wanita pertama adalah Tipe gue banget. Tapi, semua itu berubah saat gue ketemu Lala, dia bahkan enggak punya kemiripan apapun dengan wanita pertama, satu satunya kesamaannya yaitu perasaan gue, ya pada akhirnya gue bisa ngerasain jatuh cinta se-megah ini lagi dan lepas dari bayang-bayang wanita pertama.

Akhirnya kita mutusin buat menjalin hubungan, dan kali ini gue berkomitmen untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, gue rasa gue udah cukup belajar dari pengalaman gue, dan gue selalu inget dikepala gue bahwa Lala ini lebih muda dari gue, gak menjamin dia tidak akan labil, bahkan bisa aja dia jadi versi gue yang dulu bahkan lebih parah, meskipun dia salah gue harus tetep bisa maafin dia karena dia lebih muda dari gue. Intinya, niatnya gue sudah sangat matang.

Apakah berjalan lancar? tentu saja tidak, sesuai dengan dugaan gue Lala sangat labil, dan gue gak bisa menyalahkan dia, bahkan kita sempat putus nyambung, bahkan gue sampai hampir lupa sama niat gue, tapi karena gue cinta banget dan gue berusaha buat enggak ngelepas dia apapun yang terjadi karena gue enggak mau kejadian itu terulang kembali, gue gak mau sakit hati lagi, gue akan terus jaga dia bahkan sampai tuhan tidak berkenan. 

Ditengah tengah kehidupan kita berdua, terlintas lah di kepala gue, "Sejauh ini bahkan gue gak tahu nama asli dia, Lala kan cuman panggilan ya, Tanggal ulang tahunnya aja gue gak tahu, semoga ulang tahunnya belum kelewat deh". Dia sebutlah nama asli dia Syala, sontak gue sedikit kaget "Syala? kok kaya pernah kenal? oh Syala mah nama  seorang gadis pertama yang dulu pernah gue taksir waktu zamannya masih bocah" , jadi dulu itu waktu SD ada lah yang namanya ngalamin cinta-cinta gak jelas meskipun gak tahu cara pacaran, gue gak ambil pusing karena emang gak ada hal spesial juga, apalagi gue masih bocah waktu itu, jadi meskipun 2 orang ini punya nama yang mirip, gue gak mikir aneh-aneh.    

Sampai pada akhirnya dia sebut tanggal ulang tahunnya "Aku ulang tahun nanti tanggal 18!"  , ya, lagi dan lagi, pikiran gue mulai gak karuan, gue gak bisa jujur tapi pada waktu itu hati gue bener bener seperti diinjak oleh 10 orang, sangat menyakitkan bahwasannya 18 bukan angka yang biasa lagi buat gue. Sampai suatu ketika, gue mulai tunjukin Jersey basket gue yang bertuliskan angka 18. Ekspresi dia? tentu saja sangat bahagia dia mengira bahwasannya ini sebuah takdir padahal itu kutukan buat gue, isak tangis gue gak terbendung saat dia mulai mengunggah foto tersebut di salah satu Platfrom Social Media-Nya, gue langsung lari ke kamar mandi, gue teriak sekencang mungkin sambil nyalain kran air untuk menyamarkan suara jeritan gue. Sakit banget, gue bahkan hampir satu jam di kamar mandi sambil melihat unggahan Social Media-Nya yang berisi foto gue mengenakan Jersey dengan angka 18. Ngebayangin orang yang gue sayang pada saat itu begitu senang dengan kenyataan tersebut yang padahal hal itu yang awalnya bukan ditujukan kepada dirinya, itu sangat cukup ngebuat hati gue seperti tersayat dengan ribuan mata pisau.

 "Salah gue apa?, kenapa bahkan ketika gue mulai jatuh cinta lagi gue masih gak bisa lepas dari hal tersebut? gue mohon, gue sayang banget sama dia, jangan ambil dia dari hidup gue, gue gak siap kalau harus kehilangan lagi, gue gak tahu gimana cara jelasinnya ke dia, ekspresi polos nya ngebuat gue semakin merasa bersalah, sehancur apa dia jika tau kenyataan sebenarnya?"

Ya memang kenyataan tidak pernah berpihak kepada gue, kita akhirnya berpisah dibulan yang sama seperti gue berpisah sama si wanita pertama, Januari. Gue udah gak mau ambil pusing, perasaan gue, pikiran gue, dunia gue, semua udah kosong, apapun yang terjadi, terjadilah, dunia emang gak pernah kasian sama gue. 


    SAMPAI SAAT INI

Ditengah pekerjaan gue yang jauh dari kediaman gue, gue dipindahkan ke salah satu kota lain, gue yang pada saat itu memutuskan untuk fokus ke pekerjaan gue, gue mengiyakan tawaran tersebut. Akhirnya kita berangkat untuk pindah ke kota baru, gue rasa ini gak terlalu buruk, toh pendapatan gue bertambah setelah gue pindah ke kota ini. Sampai lah gue kesalah satu tempat istirahat gue yang baru, cukup private dan sangat nyaman buat gue yang gak banyak keinginan spesifik.

Sampai gue dikasih kunci buat kamar baru gue, dan terpampang dengan sangat jelas bahwa kamar baru gue bernomor 18. Ya gue belum lepas bahkan ditempat yang sudah sangat jauh dari kediaman gue, sampai saat ini kamar 18 ini jadi tempat tidur, makan, ngetik, dan semuanya gue habiskan waktu gue di dalam kamar berangka 18.

"Entah ini tentang Wanita pertama atau tentang Lala, gue udah gak peduli, jika memang gue ditakdirkan untuk tidak mencintai seseorang yang gue mau, gue ikhlas dan siap hidup berdampingan dengan rasa yang terus-terusan menghantui gue, entah gue punya dosa apa, gue siap menanggung rasa sakit seumur hidup tanpa sekalipun bertanya salah gue apa."



Postingan Populer